Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Pelaksanaan Pemancangan Beton Tiang Pancang

Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik, yaitu sebagai berikut :
  1. Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat.
  2. Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.
  3. Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu meter.
  4. Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya.
  5. Melakukan pengukuran :
    • Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK.
    • Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah.
    • Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok.
    • Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan berada dalam keadaan/posisi vertikal.
    • Penyambungan tiap episode tiang dengan las harus dilakukan secermat mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut.
    • Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :
      • Setiap tiang pancang episode I diberi tanda pada interval 50 Cm.
      • Setiap tiang pancang episode II diberi tanda pada interval 25 Cm.
      • Setiap tiang pancang episode III diberi tanda pada interval 10 Cm.

      Pemancangan Tiang Pancang Beton

  1. Pengujian Tiang pancang :
    • Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan bersama-sama (used pile).
    • Tujuan dari pengujian ini ialah untuk menunjukan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.
  2. Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap wacana alat pemukul yang dipakai.
  3. Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :
    • Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara terang pada sisi puncak tiangnya meliputi : Nomor referensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja
    • Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
    • Pembangunan Gedung Kantor ....................................... Uraian syarat-syarat teknis pekerjaan struktur nomor : ................
    • Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set) maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul (hammer) yang paling sempurna dan paling lunak. Bila pemancangan dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian naksimum pemukulan yang diusulkan harus semaksimal mungkin konsisten dengan tegangan maksimum yang diijinkan pada beton dan massa alat pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, harus pula diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungansambungan.
    • Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisan-lapisan batuan maka ketinggian pcmukulannya harus dikurangi.
    • Pemborong harus menawarkan perincian wacana urutan pemancangan yang harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up Lifting) tiang pancang.
    • Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak hingga kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang besar lengan berkuasa (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, kalau mengalami hal tersebut.
    • Pemborong harus bertanggung jawab untuk melakukan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.
    • Semua pemancangan harus dilakukan hingga mencapai kedalaman yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat penyambungan episode tiang pancang.
    • Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada masing-masing tiang pancang diusahakan semoga dibatasi hingga lebih kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.
  4. Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda
  5. Siapkan kertas grafik kalendering pada tiang pancang tersebut
  6. Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian hummer dilapaskan
  7. Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan sebab kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang
  8. Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi materi anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya
  9. Axial Loading Test:
    • Axial loading test dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksudkan untuk menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial pada tiang pancang yang bersangkutan.
    • Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200 % dari Design Load.
    • Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8, sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300 % design load.
    • Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan, sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah lobang pemboran Penyelidikan Tanah.
    • Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus 3 (tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan beban dilanjutkan hingga kelongsoran (failure) teljadi.
    • Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana, maka pemancangan harus dihentikan sementara untuk menawarkan kesempatan tanah kembali kepada kondisi semula. Pemancangan/Pemukulan tiang pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan dari keadaan semula.
  10. Lateral Loading Test :
    • Pengujian ini dilakukan untuk menentukan respon tiang terhadap pembebanan lateral.
    • Jumlah lateral loading test ialah 1 (satu) buah, sebagai percobaan digunakan used pile.
    • Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong harus memantau secara eksklusif kekerabatan antara beban dan defleksi lateral.
    • Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :
      • Prosedur Pembebanan
      • Peralatan pengadaan beban
      • Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement
      • Laporan hasil pengujian
    • Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading scsuai dengan persyaratan ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x 5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.
    • Pada episode atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan hingga pada “cut off level” dengan nilai CBR minimal 5 %.
    • Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini ialah sebesar 12 mm pada beban percobaan lateral maksimum.
    • Segera setelah pengujian beban dilakukan, Pemborong harus menyerahkan laporan lengkap wacana hasil pembebanan, semoga dapat dilakukan evaluasi oleh Konsultan
    • Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung tamat tiang pancang tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
  11. Catatan dan laporan instalasi tiang pancang mencakup :
    • Nama Proyek
    • Lokasi Tiang
    • Ukuran Tiang
    • Mutu Beton
    • Tanggal Cor Tiang
    • Beban Rencana Tiang
    • Maximum beban Jacking
    • Total panjang Tiang
    • Total Penetrasi Tiang
    • Tekanan Hidrolis pada setiap interval 1.00 m
    • Level muka tanah
    • Kedalaman penetrasi
    • Level ujung tiang
    • Cut-off level
    • Panjang effective tiang
    • Kondisi cuaca
    • Ganggunan yang timbul
    • Penyimpangan-penyimpangan sewaktu instalasi.

    Demikian Metode Pelaksanaan Pemancangan Beton Tiang Pancang yang dapat kami sampaikan. Untuk artikel lainnya tentang Metode Pelaksanaan Pembesian untuk balok dan pelat beton bangunan bertingkat dapat dilihat DISINI.

Post a Comment for "Metode Pelaksanaan Pemancangan Beton Tiang Pancang"