Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Struktur Atas Dan Struktur Bawah

Pengertian Struktur Atas
Struktur atas suatu gedung ialah seluruh potongan struktur gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok dan dinding geser, yang masing-masing mempunyai kiprah yang sangat penting.
Komponen – komponen Struktus Atas Gedung
1.      Kolom
Kolom merupakan komponen yang mempunyai kiprah penting dalam suatu bangunan. Keruntuhan pada kolom merupakan lokasi paling kritis yang sanggup mengakibatkan keruntuhan pada bangunan. Fungsi kolom ialah penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain mirip beban hidup , serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, biar bangunan tidak gampang roboh.
Struktur dalam kolom dibentuk dari besi dan beton. Keduanya merupakan adonan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi ialah material yang tahan tarikan, sedangkan beton ialah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau potongan struktural lain mirip sloof dan balok bisa menahan gaya.



A.      Prinsip Kerja Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal sebab hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan ialah apabila bebannya kecil, elemen masih sanggup mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada ketika beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil dan berubah bentuk.
Hal inilah yang dibentuk fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini ialah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mendapatkan beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan mengakibatkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu ialah besar beban yang mengakibatkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk ialah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh agresi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan sanggup terjadi pada aneka macam material. Pada ketika tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kekakukan kecil lebih gampang mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang menghipnotis beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :
·         Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang memilih besar beban tekuk ialah yang bekerjasama dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
·         Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu menekuk pada arah mirip yang diilustrasikan pada di bawah potongan (a). Namun bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus mirip penampang segiempat. Ukuran distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya sanggup dinyatakan dengan momen inersia (I).

·         Kondisi Ujung Elemen
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya mengakibatkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban elemen tekan. Beban maksimum yang sanggup dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk.

2.      Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan potongan struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban. Balok juga mempunyai beberapa jenis yaitu :
·         Balok sederhana, balok yang bertumpu pada kolom ujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas berotasi dan tidak mempunyai momen tahan. Seperti struktur statis lainya nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana ialah tidak tergantung bentuk penampang material.
·         Balok Kantilever, balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung dengan hanya satu ujung tetap.
·         Balok Teritisan, balok sederhanya yang memanjang yang melewati kolom tumpuannya.
·         Balok Bentang Tersuspensi, balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
·         Balok Kontinu, balok yang memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom referensi untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan beban yang sama.
Balok terbagi beberapa macam yaitu:
a)      Balok Kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok sanggup ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.

b)      Balok Baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok sanggup ditopang oleh balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang beban.

c)      Balok Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan berdasarkan bentangan dan bentuk cetakannya.


3.      Plat Lantai

Plat lantai ialah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai di tentukan oleh :
·         Besar lendutan yang diijinkan.
·         Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
·         Bahan konstruksi dan plat lantai.
Berdasarkan agresi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat, yaitu :
a)      Plat Kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran elastis (flexural rigidity), dan memikul beban dengan agresi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik ialah pelat kaku, kecuali jikalau dinyatakan lain.
b)      Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran elastis dan memikul beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini sanggup didekati dengan jaringan kabel yang tegang sebab ketebalannya yang sangat tipis menciptakan daya tahan momennya sanggup diabaikan.
c)      Plat Fleksibel
Pelat flexibel merupakan adonan pelat kaku dan membran dan memikul beban luar dengan adonan agresi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering digunakan dalam industri ruang angkasa sebab perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d)     Plat Tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya mirip kondisi kontinu tiga dimensi.

4.      Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) ialah suatu struktur balok kantilever tipis yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.

Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding geser, diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pertolongan profil sebagai suplemen untuk pengaku dalam menahan gaya lateral. Dinding geser dengan penambahan profil menawarkan hasil kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan penampang dinding geser biasa dengan selisih beda 100% yang bisa dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan tersebut didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut. 
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan geser pada dinding structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akhir beban gempa. Namun, dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam aneka macam proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, besar lengan berkuasa geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi ialah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Dinding geser beton bertulang kantilever ialah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya ialah untuk memikul beban geser akhir imbas gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akhir momen elastis (bukan akhir gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.

5.      Atap
Atap ialah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di tempat tropis atap merupakan salah satu potongan terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari materi penutup. Penopang rangka atap ialah balok kayu / baja yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.

Fungsi dari atap ialah :
·         Mencegah imbas dari hembusan angin.
·         Penaruh beban sendiri.
·         Curah hujan.
·         Melindungi ruang bawah, insan serta elemen yang ada dibawahnya dari imbas cuaca.
·         Sinar cahaya matahari.
·         Sinar panas matahari.
·         Petir dan bunga api penerbangan.

1.      Kuda-kuda
Kontruksi kuda-kuda ialah suatu komponen rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus sanggup menawarkan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :

·         Kuda-kuda Kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
·         Kuda-kuda Bambu
Pada umumnya bisa mendukun beban atap hingga dengan 10 m.
·         Kuda-kuda Baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar mendukung beban atap hingga beban atap hingga dengan bentang 75 m, mirip pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.
·         Kuda-kuda dari Beton Bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak mendapatkan gaya horizontal maupun momen, sebab tembok hanya bisa mendapatkan beban vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan bisa mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung ialah beban mati (yaitu berat epilog atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada ketika memasang/memperbaiki atap).

Struktur Bawah Bangunan
1.      Pondasi
Pengertian umum pondasi ialah struktur potongan bawah bangunan yang terhubung pribadi dengan tanah, atau potongan bangunan yang terletak di bwah permukaan tanah yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya. Pondasi harus di perhitungkan untuk sanggup menjamin kestabilan bangunan terhadap beban bangunan itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar mirip tekanan angin gempa bumi, dan lain-lain. Di samping itu, dilarang adanya penurunan level melebihi batas yang di izinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi sanggup dihindari, maka pondasi bangunan harus diletakkan pada tanah yang cukup keras, padat, dan besar lengan berkuasa mendukung beban bangunan tanpa mengakibatkan penurunan yang berlebih. Pondasi merupakan struktur dari bangunan yang sangat penting, sebab fungsinya ialah menopang bangunan yang ada diatasnya.maka proses pembangunan nya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·         Cukup besar lengan berkuasa menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.
·         Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
·         Tahan terhadap perubahan cuaca.
·         Tahan terhadap imbas materi kimia.
Suatu sistim harus menjamin dan bisa mendukung bangunan yang ada diatasnya. Untuk itu pondasi harus kuat, stabil, dan kondusif biar tidak mengalami penurunan, tidak mengalami patah sebab akan sulit untuk memperbaiki sistem pondasi. Pembuatan pondasi harus berdasarkan beberapa hal berikut :
·         Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
·         Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.
·         Bahan pondasi yang tersedia atau gampang diperoleh di tempet.
·         Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
·         Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
·         Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang penting berkaitan dengan pondasi ialah apa yang disebut soil investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah yang keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan tgangan tanah/daya dukung tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah, yaitu dengan cara :
·         Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh-contoh tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
·         Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara memakai alat yang disebut Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke dalam tanah, dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan tanah.



2.      Galian Tanah
Galian tanah dan galian-galian lainya harus dilakukan berdasarkan ukuran dalam, lebar, dan sesuai dengan peil-peil yang tercamtum pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi lama, dan akar pohon yang terdapat pada potongan pondasi yang dilaksanakan harus dibongkar dan dibersihkan dan dibuang. Bekas pipa yang tidak terpakai harus disumbat. Apabila lokasi yang akan dijadikan bangunan pipa air, pipa gas, pipa pembuangan, kabel listrik, kabel telepon dan sebagainya maka secepatnya diberitahukan kepada konsultan managenen konstruksi atau instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
Pelaksanaan pekerja/kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan sebagai akhir dari pekerjaan galian tersebut. Apabila penggalian tersebut melebihi kedalaman yang telah di tentukan maka kontraktor harus mengisi/mengurangi tempat tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tentukan yang sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pekerjaan galian pondasi harus menjada biar lubang galian tersebut bebas dai longsoran tanah di kiri dan kanan nya, sehingga pekerjaan pondasi sanggup dilakukan dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian di lakukan selapis demi selapis sambil disiram air secukupnya dan di tumbuk hingga padat. Pekerjaan pengesian kembali ini hanya boleh di lakukan sehabis dilakukan investigasi dan menerima persetujuan konsultan administrasi konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisantanahnya maupun jenis tanah galian tersebut.
3.      Struktur Basement
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang hemat guna mengatasi keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah, desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak kalah pentingnya ialah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat menghipnotis umur dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diharapkan untuk mencapai produk konstruksi mutu tinggi dan sanggup diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement yang perlu diperhatikan ialah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.
Pemilihan metode galian diadaptasi dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa problem yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, mirip penurunan permukaan tanah disekitar galian yang sanggup mengakibatkan kerusakan structural pada bangunan bersahabat galian, fan retaknya kanal dan sarana yang lain. Salah satu penyebabnya ialah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akhir pemompaan selama konstruksi. Untuk mencegah problem yang timbul maka metode pemilihan dewatering sangan menentukan.



sekian klarifikasi saya, semoga bermanfaat ya !! coba juga lihat artikel menarik lainnya yah bro/sist 

Post a Comment for "Struktur Atas Dan Struktur Bawah"