Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Stabilisasi Tanah

Tanah dasar merupakan pecahan penting dari pekerjaan konstruksi lantaran tanah ini mendukung seluruh konstruksi yang berada diatasnya.
Pembangunan konstruksi tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan berada diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya tanah tersebut tidak sanggup dipakai sebagai lapisan dasar.
Stabilisasi tanah yakni alternatif yang sanggup diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah biar lebih rapat dan saling mengunci.

Tujuan perbaikan tanah tersebut yakni untuk mendapat tanah dasar yang stabil pada semua kondisi.

Metode-metode stabilisasi tanah:

STABILISASI MEKANIS

Stabilisasi mekanis yakni tanah yang telah distabilisasikan secara mekanis dan telah mempunyai daya dukung tanah tertentu terhadap deformasi oleh muatan, disebabkan adanya kait mengait dan ukiran antar butir tanah serta daya ikat butir oleh pecahan tanah yang halus/tanah liat.
Beberapa perjuangan penambahan kekuatan atau daya dukung tanah dengan stabilisasi mekanis ibarat mengganti jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau melaksanakan pemadatan.  


Stabilisasi Dengan Pemadatan

Untuk mengantisipasi tanah terutama bersifat ekspansif (kembang-susut) yang mengikuti kadar airnya maka dibutuhkan pemadatan (compaction) lantaran mempengaruhi daya dukung tanah.
Adapun untuk melaksanakan stabilisasi tanah dengan cara pemadatan dibutuhkan peralatan yang berfungsi untuk memadatkan tanah tersebut.
Alat-alat pemadatan yang sanggup dipakai mempunyai jenis yang berbeda untuk keperluan tipe pemadatan yang berbeda



Smooth steel roller (penggilas dengan permuakaan halus) ibarat three wheel roller, tandem roller.








  • Pneumatic tired roller (penggilas roda ban angin)



    1. Sheep foot type roller (penggilas dengan kaki kambing)


      STABILISASI KIMIAWI

      Stabilisasi tanah secara kimiawi merupakan penambahan materi stabilisasi yang sanggup mengubah sifat-sifat kurang menguntungkan dari tanah. 
      Di dalam perjuangan stabilisasi tanah ini, dikenal banyak jenis stabilizing agent’s yaitu air sendiri di dalam jumlah yang sempurna dan tanah lait dalam jumlah proporsional.
      Adapun stabilizing agent’s untuk tanah liat antara lain yakni kapur pasang, bitumen, dan lain-lain. 
      Stabilizing agent’s yang disebutkan tadi merupakan bahan-bahan yang menghasilkan produk yang baik sesuai dengan tujuan penstabilan tanah yang bersangkutan, derajat peningkatan mutu dan gampang dikerjakan

      Stabilisasi Tanah Dengan Bitumen

      Stabilisasi dengan bitumen dipakai dengan cara mencampur tanah dengan bitumen sampai kedalaman tertentu.
      Stabilisasi dipakai dengan cara menyemprotkan minyak pada permukaan dan membiarkannya terserap. Merupakan cara stabilisasi dengan bitumen yang mula-mula dilakukan.
      Bitumen dan material berbutir akan mencegah perembesan air ke dalam tanah. Untuk meningkatkan penetrasi dan adhesi terhadap tanah, bitumen biasa dicampur dengan tanah sebagai emulsi, cut-back, atau busa .
      • Stabilisasi clay (tanah yang kohesif) akan menghasilkan tanah yang lebih waterproof
      • Stabilisasi sand (tanah granular), bitumen berfungsi sebagai materi pengikat

      Stabilisasi Tanah Dengan Semen

      Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen dibagi kedalam 5 tipe (kezdi,1979:108) yaitu:
      Soil-Cement. 
      Tipe stabilisasi tanah-semen ini merupakan tipe yang umum, dimana pencampuran tanah dan semen biasa dipakai untuk pondasi bangunan, sumbangan tanah terhadap abrasi dan pembekuan tanah.
      Cement Improved Granuler-Soil Mix. 
      Stabilisasi tipe ini dipakai untuk mengurangi sifat kembang-susut dan plastisitas tanah yang tinggi sehingga sanggup meningkatkan daya dukung tanah, dengan menambahkan semen sesuai yang diperlukan.  
      Cement Improved Silt-Clay Mix. 
      Penambahan kadar semen dilakukan secara sedikit demi sedikit dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan tipe 2 untuk mengurangi sifat kembang-susut tanah dan meningkatkan daya dukung tanah sesuai dengan kadar air yang ada di lapangan.
      plastic Soil-Cement. 
      Tipe stabilisasi ini dipakai untuk tanah dengan kadar air yang lebih tinggi contohnya untuk ajaran irigasi, parit dan bangunan pengairan lainnya. Hasil stabilitas sanggup menawarkan sumbangan terhadap tanah dari erosi. 
      Cement-Treated Soil Pastes And Mortars. 
      Tipe ini dipakai untuk kondisi tanah dengan kadar yang sangat tinggi dengan cara menginjeksi gabungan tanah-semen ke dalam tanah sebagai perkuatan. Pada umumnya ditambahkan beberapa materi kimia pembantu. 

      Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

      Metode perbaikan tanah dengan kapur salah satu alternatif perjuangan perbaikan tanah yang tidak memenuhi standar sebagai lapisan tanah dasar untuk perkerasan atau pondasi bangunan.
      Tujuan stabilisasi tanah dengan kapur yaitu meningkatkan terusan di tanah berair (reaksi penguapan akhir gabungan air dan kapur dalam tanah).
      Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah.

      Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang lantaran kondisi airnya akan berkurang secara drastis lantaran butir kapur. 
      Kapur yang terdiri dari ion-ion Ca, Mg dan sebagian kecil Na sanggup dipakai untuk :
      1. mengurangi sifat mengembang dari tanah 
      2. mengurangi plastisitas dari tanah 
      3. meningkatkan daya dukung dari tanah
      Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :
      1. adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menimbulkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah.
      2. adanya proses sementasi ( antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung tanah menjadi naik ).
      3. stabilisasi tanah dengan gabungan kapur hanya efektif dipakai untuk tanah lempung dan tidak efektif untuk tanah pasir.


      Metode stabilisasi menggunakan  geotekstil

      Geotextile mencakup woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun,
      sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses ibarat : heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan materi kimia).
      Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.


      1. Woven Geotextile



      Woven Geotextile yakni lembaran Geotextile terbuat dari materi serat sintetis tenunan dengan embel-embel pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibentuk untuk mengatasi problem untuk perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan efektif, antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi problem pembuatan jalan dan timbunan pada dasar tanah lunak, tanah rawa.

      2. Non Woven Geotextile


      Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) yakni jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk ibarat karpet kain. Umumnya materi dasarnya terbuat dari materi polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).Non Woven Geotextile


      FUNGSI

      1. Filter / Penyaring
      2. Separator / Pemisah
      3. Stabilization / Stabilisator

      Geotextile juga biasa dipakai sebagai penanganan longsoran, pada struktur dinding penahan tanah, dan pada timbunan tanah.

      Post a Comment for "Stabilisasi Tanah"